Namun, peringkat universitas di Indonesia juga seringkali menjadi kontroversi. Beberapa pihak mengkritik metode perhitungan yang digunakan oleh lembaga-lembaga peringkat, serta kecenderungan untuk memprioritaskan universitas-universitas besar dan terkenal daripada universitas kecil yang mungkin juga memiliki kualitas yang baik.
Menurut Profesor Bambang, seorang pakar pendidikan dari Universitas Indonesia, “Metode perhitungan peringkat universitas seringkali tidak transparan dan cenderung memberikan bobot yang lebih besar kepada faktor-faktor yang menguntungkan universitas besar. Hal ini membuat universitas kecil sulit untuk bersaing dalam peringkat tersebut.”
Hal senada juga diungkapkan oleh Dr. Ani, seorang dosen dari Universitas Gadjah Mada, “Universitas kecil yang mungkin memiliki program studi unggulan atau penelitian yang berkualitas seringkali terabaikan dalam peringkat universitas. Padahal, kualitas pendidikan tidak hanya dapat diukur dari ukuran dan nama besar suatu perguruan tinggi.”
Selain itu, banyak juga yang menyoroti bahwa lembaga peringkat cenderung menggunakan data dan indikator yang tidak selalu relevan dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Misalnya, pengukuran reputasi internasional sebuah universitas yang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor di luar kendali universitas itu sendiri.
“Peringkat universitas seharusnya tidak hanya berdasarkan pada reputasi atau ukuran fisik saja, tetapi juga harus mempertimbangkan kualitas pengajaran, penelitian, dan kontribusi kepada masyarakat,” ungkap Profesor Budi, seorang ahli pendidikan dari Universitas Airlangga.
Dengan adanya kontroversi ini, banyak kalangan menyerukan perlunya pembenahan dalam metode peringkat universitas di Indonesia. Transparansi, akuntabilitas, dan inklusivitas perlu ditingkatkan agar setiap perguruan tinggi, baik besar maupun kecil, dapat diakui dan dihargai atas kontribusinya dalam dunia pendidikan.
